Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPR), Maruarar Sirait baru saja mengumumkan penambahan kuota hunian untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) pada tanggal 4 April 2025. Menindaklanjuti pengumuman tersebut, Presiden Prabowo Subianto disebutkan akan segera mengumumkan perluasan program ini sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan rumah layak bagi masyarakat sekaligus menggerakkan roda perekonomian nasional melalui sektor properti. Kebijakan ini diprediksi akan menjadi pendorong utama pertumbuhan sektor properti Indonesia di tahun 2025.
Menurut data Kementerian PUPR, Indonesia masih menghadapi kekurangan perumahan sebanyak 10,6 juta unit pada tahun 2023, dengan kebutuhan rumah baru mencapai 800.000 hingga 1 juta unit per tahun. Dengan adanya peningkatan kuota ini, permintaan terhadap rumah subsidi diprediksi akan meningkat sebesar 15-20% pada tahun 2025, yang pada akhirnya menghasilkan lonjakan tinggi pada volume transaksi di sektor properti. Para pelaku ekonomi yang bergerak di sektor properti terutama di perumahan subsidi diperkirakan akan mengalami peningkatan penjualan. Data Real Estate Indonesia (REI) menyebutkan penjualan rumah subsidi pada tahun 2023 mencapai 120.000 unit, dan diprediksi akan naik menjadi 140.000-150.000 unit di tahun 2025.
Perluasan program ini membuka peluang besar bagi pengembang properti, terutama yang fokus pada proyek perumahan terjangkau. Dengan permintaan yang diprediksi melonjak, pengembang akan terdorong untuk lebih aktif mengembangkan proyek-proyek baru. Daerah pinggiran kota, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek) menjadi lokasi strategis untuk pengembangan perumahan subsidi karena ketersediaan lahan yang masih luas dan harga tanah yang relatif terjangkau. Selain itu, pemerintah juga memberikan bantuan untuk mendukung pengembangan rumah subsidi, seperti kemudahan perizinan dan insentif pajak. Hal ini membuat biaya pengembangan proyek menjadi lebih efisien, sehingga margin keuntungan bagi pengembang bisa lebih maksimal.
Bagi investor, penambahan kuota hunian MBR juga menjadi momen tepat untuk berinvestasi di sektor properti. Proyek perumahan subsidi tidak hanya memiliki permintaan yang tinggi, tetapi juga menawarkan potensi keuntungan yang menarik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), harga properti di daerah yang menjadi target pengembangan rumah subsidi mengalami kenaikan rata-rata 7-10% per tahun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga properti secara nasional, yang berada di kisaran 3-5%. Investasi di proyek perumahan subsidi juga relatif aman karena didukung oleh program pemerintah dan memiliki tingkat okupansi yang tinggi yaitu mencapai 85-90%. Dengan tingkat pengembalian investasi (ROI) rata-rata 8-12% per tahun, investasi di sektor ini menjadi pilihan yang menjanjikan bagi investor.
Dengan meningkatnya kuota hunian subsidi dan dukungan penuh dari pemerintah, sekarang adalah waktu yang tepat bagi Anda untuk memiliki rumah impian atau mulai berinvestasi di sektor properti. Jangan lewatkan kesempatan emas ini! Ray White siap membantu Anda menemukan rumah yang sesuai dengan kebutuhan dan peluang investasi terbaik untuk Anda. Segera kunjungi website Ray White dan wujudkan impian memiliki rumah dengan harga terjangkau!