logo-raywhite-offcanvas

14 Sep 2022

Pemerintah: Peran Industri Properti Sumbang 9,14 Persen ke PDB

Pemerintah: Peran Industri Properti Sumbang 9,14 Persen ke PDB

Industri properti kian bertransformasi menjadi salah satu sektor tumpuan bagi perekonomian nasional. Industri properti menyumbang multiplier effect baik dari sisi forward-linkage maupun backward-linkage bagi subsektor industri pendukung lainnya. Selain itu, properti turut mempengaruhi perkembangan sektor keuangan, serta menyerap tenaga kerja secara signifikan.

Selaras dengan hal tersebut, Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan bahwa perekonomian nasional tumbuh impresif pada kuartal kedua 2022, di tengah risiko pelemahan ekonomi global dan tekanan inflasi yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi kuartal kedua di tahun 2022 tercatat mencapai 5,44 persen secara tahunan, presentase ini jauh di atas capaian kuartal sebelumnya yaitu 5,01 persen secara tahunan. Kenaikan indeks properti pada kuartal kedua 2022 menjadi indikasi meningkatnya optimisme pelaku pasar properti, khususnya dari sisi penyedia suplai. Di tengah kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok dan bahan bakar non-subsidi, para penyedia suplai masih optimistis untuk menambah suplai dan melakukan penyesuaian harga.

Keyakinan bahwa pasar properti berangsur normal didukung dari data pencarian properti di Raywhite.co.id dimana minat konsumen terhadap properti kelas menengah ke atas terus meningkat. Pada kuartal kedua tahun ini, pencarian properti dengan harga di atas Rp 1 miliar mendominasi. Indeks suplai properti nasional pada kuartal kedua 2022 juga naik sebesar 1,3 persen secara kuartalan, dan naik 8 persen secara tahunan. Sedangkan dari sisi konsumen, indeks permintaan untuk properti hunian pada kuartal kedua tahun ini menunjukkan kenaikan sebesar 2,3 persen secara kuartalan.

Tingginya minat konsumen terhadap properti kelas menengah perlu ditindaklanjuti dengan kebijakan Pemerintah, sehingga memungkinkan lebih banyak lagi kelas menengah untuk dapat memiliki hunian. Mengingat konsumen kelas menengah tersebut adalah mereka yang tidak terjangkau fasilitas subsidi, namun penghasilannya masih cenderung pas-pasan untuk mencicil rumah non-subsidi. Sebagai contoh, penghasilan kelas menengah di Jabodetabek berada di rentang Rp 7-15 juta. Dengan penghasilan tersebut, idealnya mereka mencicil rumah dengan harga Rp 500 jutaan. Namun, data dari Rumah.com harga properti di kawasan Jabodetabek untuk tipe 36/72 berada pada kisaran Rp 600 jutaan, sehingga di atas kemampuan ideal mereka.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, mengatakan peran penting dari sektor properti dibuktikan melalui kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada Q2-2022 yang mencapai 9,14 persen untuk konstruksi dan 2,47 persen untuk real estate. Rinciannya, sektor real estate mengalami pertumbuhan penjualan positif sebesar 15,23 persen (yoy) pada Q2 yang didorong oleh membaiknya seluruh penjualan tipe rumah, terutama rumah tipe besar sebesar 29,86 persen (yoy), rumah tipe kecil dan menengah sebesar 14,44 persen (yoy) dan 12,25 persen (yoy). Sedangkan pertumbuhan untuk sektor konstruksi sebesar 1,02% (yoy) di periode yang sama. Adapun angka pertumbuhan tersebut mendapat dukungan dari peningkatan Indeks Demand Properti Komersial pada Q2-2022 yang sebesar 1,58% (yoy).

Dengan dampak signifikan tersebut, Pemerintah telah memberikan dukungan melalui berbagai kebijakan. Seperti, pemberian Loan to Value (LTV) dan Financing to Value (FTV), hingga paling tinggi 100% untuk kredit properti bagi bank yang memenuhi persyaratan rasio Non Performing Loan/Non Performing Financing.

Selain itu, Pemerintah juga telah memberlakukan perpanjangan insentif PPN sebesar maksimal 50 persen untuk unit atau rumah dengan harga jual paling tinggi di angka Rp 2 miliar, dan 25 persen untuk unit atau rumah dengan harga jual di atas Rp 2 miliar sampai Rp 5 miliar hingga September 2022.

Di sisi lain, berbagai kebijakan yang telah diinisiasi oleh pemerintah tersebut, perlu mendapatkan dukungan berbagai pihak melalui inovasi dan kolaborasi guna mengatasi berbagai tantangan. Mulai dari disrupsi rantai pasok, risiko stagflasi, krisis energi, konflik geopolitik global, hingga normalisasi suku bunga negara maju.

Lalu bagaimana dengan resesi global yang kini berada di depan mata? Apa dampaknya terhadap properti Indonesia? Menjawab persoalan tersebut Head of Capital Markets & Investment Services Colliers Indonesia, Steve Atherton, mengatakan bahwa ekonomi Indonesia akan berada dalam posisi yang relatif kuat untuk menghadapi resesi global yang tertunda. Hal ini didasari oleh konsumen domestik dalam negeri yang kuat dan sektor pertambangan serta komoditas yang sehat.

Namun, terdapat dampak yang akan dirasakan oleh pasar properti Indonesia. Seperti semakin banyaknya tekanan dari Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut. Hal tersebut akan mempengaruhi biaya yang harus dikeluarkan oleh pengembang, investor, dan end-users di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri nantinya diperkirakan harga properti yang ditawarkan kepada konsumen menjadi mealmbung tinggi. Kondisi ini menempatkan pemilik tanah dan pengembang berada dalam posisi terbaik untuk menarik investasi asing atau lokal baru.

Pencari rumah yang ingin segera mengambil langkah untuk memanfaatkan iklim properti yang sedang berada di tren positif, dapat menemukan lebih banyak tips, kiat, simulasi, serta insight terbaru langsung dari agen properti terpercaya dari halaman Ray White.

Menginjak usia yang ke 25 tahun, Ray White telah banyak mengantongi rentetan penghargaan dari berbagai instansi. Tentunya penghargaan-penghargaan yang telah diraih telah membuktikan kiprah kerja sukses Ray White sebagai market leader di industri property.

"Properti solution, Ray White in Action"

Source: Properti Indonesia, Rumahcom.

 

Share