Kondisi pandemi Covid-19 ini, generasi milenial dihadapi dua pilihan dalam memilih hunian, yaitu antara membeli rumah, apartemen atau sekadar menyewa. Opsi membeli properti bisa jadi pertimbangan bagi mereka yang memang sudah mengalokasikan dananya sejak dulu. Rumah milenial adalah istilah yang sering digunakan untuk memberikan label rumah baru bagi para generasi milenial.
Generasi ini menjadi sorotan karena adanya ketimpangan antara penghasilan milenial dengan harga properti yang semakin meroket. Namun, perihal harga properti yang semakin meroket adalah masalah yang masih bisa diselesaikan. Asalkan, setiap milenial punya niat yang kuat untuk membeli rumah. Kegiatan menabung, investasi hingga KPR adalah segelintir dari contoh upaya dalam membeli rumah.
Bagi generasi milenial, membeli rumah dari sekarang dapat menghemat pengeluaran di masa mendatang, mengingat harga tanah dan bangunan yang kian meningkat setiap tahun. Selain bisa ditempati dalam jangka waktu tidak terbatas, rumah atau properti merupakan aset investasi yang cukup menguntungkan. Dengan memiliki rumah sendiri, pembeli juga memiliki kebebasan untuk menentukan model rumah idaman maupun menghiasi hunian dengan beragam dekorasi rumah yang diinginkan.
Banyaknya keuntungan membeli dibandingkan menyewa rumah bagi milenial, pilihlah agen properti yang cermat dalam mengamati perkembangan tren harga properti terkini baik secara wilayah maupun nasional melalui raywhite.co.id, pencarian properti untuk mendapatkan rumah milenial ideal tentu akan semakin mudah.
Saat ini adalah masa dimana banyak sekali usia produktif hadir. Komposisi penduduk di usia produktif atau milenial yaitu sebanyak 69.38 juta atau 25,87% dari total penduduk di Indonesia. Generasi milenial sekarang yang sudah bekerja dan berkeluarga tentu saja membutuhkan hunian untuk tinggal. Namun pada tahun ini beredar kabar yang dilansir dari CNN Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa generasi milenial sulit untuk memiliki rumah dikarenakan harga rumah yang tidak sebanding dengan pendapatan. Pada pernyataannya di Securitization Summit 2022, generasi muda ini tidak bisa afford untuk membeli rumah karena harga rumah lebih tinggi daripada purchasing power mereka. Mereka membutuhkan rumah, namun tidak dapat membelinya.
Di sisi lain, Pengamat Properti, sekaligus Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI), Panangian Simanungkalit, mengatakan tingginya harga rumah di Indonesia disebabkan karena ketidakmampuan pemerintah mengintervensi pasar. Artinya, pemerintah terlalu membiarkan swasta atau pengembang membebaskan lahan begitu besar dengan konsep kota baru dan akhirnya membuat harganya melambung tinggi berkali-kali lipat.
Dengan begitu, jumlah orang yang belum memiliki rumah terus bertumbuh karena ketidakmampuannya, ditambah lagi dengan kenaikan penduduk di Indonesia setiap tahunnya. Kondisi-kondisi ini akhirnya membuat Pemerintah tidak mampu menyelesaikan persoalan tersebut. Sehingga, fenomena tersebut berimbas pada generasi milenial maupun generasi mendatang yang menjadi kesulitan dalam memiliki rumah.
Menanggapi persoalan tersebut, sejauh ini pemerintah terus melakukan upaya agar generasi muda di Indonesia dapat memiliki rumah dengan cara mengajak pemangku kepentingan seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia untuk membuat kebijakan pada ekosistem pembiayaan rumah di Indonesia.
Kebijakan lain yang diberikan pemerintah antara lain: Program Satu Juta Rumah yang dilakukan oleh kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), program ini bertujuan memberikan rumah layak huni kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), capaian program sejuta rumah sudah tercatat 1.105.707 unit berdasarkan data kementerian PUPR hingga 31 Desember 2021.
Program selanjutnya adalah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), program ini merupakan skema pembiayaan KPR dari pemerintah melalui kerjasama dengan perbankan di tanah air dan ditujukan kepada MBR, Menkeu Sri Mulyani mengalokasikan subsidi sebesar Rp19,1 triliun pada tahun 2022 untuk membiayai FLPP yang bertujuan untuk fasilitas pembiayaan 200 unit rumah sepanjang tahun ini.
Lalu Program Kredit Kepemilikan Rumah Subsidi Selisih Bunga (KPR SSB), program ini diterbitkan oleh bank pelaksana secara konvensional yang telah ditunjuk oleh pemerintah, dengan program ini masyarakat bisa mendapat pengurangan suku bunga melalui subsidi Bunga Kredit Perumahan. Selanjutnya adalah program Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2TB), program ini ditujukan kepada MBR yang telah mempunyai tabungan dalam rangka pemenuhan uang muka untuk membeli rumah, BP2TB diberikan satu kali untuk pembayaran uang muka atas pembelian rumah tersebut.
Mengapa Milenial Harus Beli Rumah?
Riset kompas pada 2017 menunjukkan bahwa 61% warga Indonesia, khususnya milenial di rentang usia 23-35 tahun belum memiliki rumah sendiri. Untuk memiliki hunian haruslah dimulai dari sekarang, karena harga rumah ke depan akan semakin bertambah tinggi.
Oleh sebab itu milenial dianjurkan membeli rumah karena alasan berikut ini:
- Investasi
Tidak dipungkiri lagi jika rumah adalah properti yang sangat menjanjikan untuk menjadi investasi karena seiring berjalannya waktu maka investasi ini akan memiliki Capital Gain jika dijual kembali.
- Menjadi Motivasi
Ingin memiliki rumah bisa menjadi salah satu goal untuk fokus bekerja dan mencari uang, terlebih lagi untuk bisa meningkatkan kemampuan diri pada pekerjaan agar bisa mendapat penghasilan yang lebih baik lagi. Hal ini juga mendorong mindset agar tidak terlalu konsumtif dan mulai melihat kebutuhan akan rumah untuk masa depan.
- Antisipasi Harga Rumah yang Tinggi
Saat ini pasti ada para milenial yang sanggup untuk membeli rumah dan membayar KPR nya namun masih ada yang belum memiliki Sense of Urgency dalam memiliki rumah, padahal jika terus menunggu harga rumah akan tetap naik sehingga rumah impian pada akhirnya tidak terbeli.
- Ada Dukungan Dari Pemerintah
Sama seperti yang telah dibahas pada paragraf sebelumnya, bahwa pemerintah sekarang memikirkan perancangan perumahan yang dapat dijangkau oleh milenial, dengan memberikan bantuan pada saat melakukan DP, dan juga program rumah subsidi dan perumahan khusus milenial yang sedang dipersiapkan.
- Milenial Masih Produktif
Usia milenial sekarang ini ada dalam tahapan produktif untuk menghasilkan uang, secara keseluruhan mereka yang lahir pada rentang tahun 1980-1995 berada di dalam tahapan sedang bekerja dan memiliki penghasilan sendiri.
- Terbatasnya Lahan
Keterbatasan lahan merupakan salah satu alasan mengapa harga rumah bertambah tinggi. Di wilayah kota besar saat ini seperti Jakarta sepertinya akan sangat berat bagi milenial untuk memiliki hunian, namun kota-kota penyangga seperti Depok Bekasi Tangerang Bogor sepertinya masih menyediakan hunian yang terjangkau untuk milenial, namun sekali lagi jangan terlena dengan keadaan, karena ke depan daerah penyangga ini diprediksi akan berkembang dengan pesat dan jangan sampai harga rumah juga tidak terjangkau bagi milenial di wilayah ini.
Milenial yang ingin memiliki rumah tentu juga harus memahami bagaimana rencana awal untuk membeli rumah, mulai dari manajemen keuangan serta menentukan rumah seperti apa yang menjadi impian mereka yang bisa dimulai dari beberapa hal berikut:
- Menentukan Budget Rumah yang Hendak Dimiliki
Hunian dewasa ini memiliki banyak variasi ukuran, jenis, serta desain. Menentukan budget hunian adalah hal yang utama tergantung dengan keinginan, milenial dapat memilih jenis hunian yang ingin mereka tinggali baik berupa apartemen, cluster, dan sebagainya. Setelah menentukan pilihan selanjutnya adalah menentukan target sesuai dengan penghasilan saat ini dan di masa depan dengan kemungkinan adanya peningkatan penghasilan. Menentukan wilayah juga sangat penting, carilah wilayah rumah yang diperkirakan dapat terbeli dalam kurun 10 tahun mendatang.
- Menabung dan Mencari Pendapatan Tambahan
Untuk membeli rumah tentu dibutuhkan uang muka sebagai prasyarat KPR. Para milenial memiliki kesulitan utama dalam membayar uang muka oleh sebab itu perlu menabung cerdas dengan menyisihkan uang dari hasil pendapatan.
Pengelolaan keuangan sangat penting, mulailah menabung minimal 30% dari penghasilan bulanan. Mencari pekerjaan tambahan juga sangatlah dianjurkan jika memiliki gaji yang pas-pasan.
- Menghemat Biaya Hidup
Pengelolaan keuangan dan pengeluaran juga harus diperhatikan. Pengeluaran yang sering sekali terjadi tanpa disadari adalah gaya hidup nongkrong, makan di kafe, membeli jajanan, dan sebagainya. Mulailah dengan membawa bekal untuk makan dan jangan membeli sesuatu yang sifatnya tidak “wajib”.
Alasan kuat mengapa beberapa perdebatan cenderung mengarah ke pilihan untuk membeli rumah dibandingkan menyewa, ialah properti merupakan salah satu bisnis terbesar yang ada dari dulu sampai sekarang.
Anggapan bahwa memiliki rumah sama dengan memiki aset investasi dalam jangka panjang, serta kepemilikan atas suatu properti diangap sebagai salah satu pencapaian terbesar dalam hal finansial. Tidak heran bila hingga detik ini kita selalu mendapatkan stereotip bahwa memiliki rumah merupakan kunci atas kebahagiaan dan imipian bagi setiap orang.
Namun yang perlu digaris bawahi, bila ingin membeli rumah secara kredit, persiapkan uang muka, kurang lebih 30%. Hal ini tercantum berdasarkan Surat Edaran No. 15/40/DKMP tanggal 24 September 2013, Bank Indonesia mewajibkan calon pembeli rumah membayar uang muka minimal 30% dari harga total rumah.Pastikan juga anda mempersiapkan biaya-biaya tambahan, seperti biaya balik nama, biaya notaris, biaya KPR, PPN, dan lain sebagainya. Biasanya besaran biaya tambahan ini mencapai 5% – 10% dari harga rumah jika membeli.Pastikan memiliki kemampuan finansial untuk membayar angsuran bulanan yang tidak melebihi 30% pendapatan per bulan Anda jika membeli dengan cara kredit. Bila memilih sistem kredit, maka pengaturan keuangan harus sangat cermat. Jangan sampai terjadi kredit macet ditengah jalan, resikonya kehilangan uang yang selama ini telah dibayarkan beserta properti tersebut.
Milenial yang Menyewa Rumah
Pilihan milenial yang saat ini belum memiliki cukup dana untuk membeli rumah adalah dengan menyewa. Ditambah lagi jika para milenial baru bekerja dan tinggal di wilayah kota besar seperti Jakarta. Pada survei yang diadakan oleh Lamudi.co.id kepada 100 responden muda mudi Jakarta tentang pilihan sewa atau membeli rumah, sebanyak 82% menjawab memilih sewa dan 18% memilih membeli.
Selain karena belum memiliki uang yang cukup untuk membeli rumah, ternyata ada beberapa alasan yang melatarbelakangi milenial memilih sewa rumah diantaranya adalah memiliki rumah bukanlah tujuan utama. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang ingin memiliki rumah dan menetap di satu tempat, milenial sekarang ini memilih untuk traveling dan menambah pengalaman. Dalam pekerjaan pun banyak yang menikmati bekerja sebagai freelancer dan menikmati hidup mereka dengan mobilitas yang banyak sehingga menyewa rumah adalah pilihan terbaik bagi mereka, selain itu harga sewa rumah terbilang lebih variatif dan untuk mengetahui harga sewa rumah milenial cukup mengakses melalui smartphone sendiri.
Menyewa rumah sebenarnya adalah alternatif paling terjangkau bagi keluarga muda untuk mendapatkan tempat tinggal. Dengan jangka waktu yang cukup panjang dan fasilitas yang sama, menyewa rumah atau apartemen dinilai sama dengan memiliki properti pribadi. Jika anda tertarik untuk mendapatkan properti impian anda sudah pasti anda akan mencari tahu spesifikasi dan jenis properti yang anda inginkan.
Keuntungan utama bila anda memilih untuk menyewa rumah, tidak perlu menabung untuk uang muka. Untuk membeli sebuah properti, tentunya harus memiliki tabungan yang cukup banyak. Bahkan jika membelinya dengan KPR atau cicilan lainnya, tetap saja harus menyiapkan dana yang bisa dibilang cukup besar untuk uang muka rumah tersebut. Dengan menyewa rumah, hanya biaya sewa per tahun yang harus dikeluarkan, ini jauh lebih murah dibandingkan membeli rumah.
Kedua, saat menyewa maka pajak tidak perlu dipikirkan lagi. Pajak pembelian properti untuk tempat tinggal bukanlah hal yang murah. Biasanya besar pajak bernilai 0.1%-0.2% dari total harga properti dan harus dibayarkan setiap tahun. Pemilik rumahlah yang biasanya menanggung biaya tersebut, sehingga penyewa bisa menghuni rumah sewaan tanpa beban. Ketiga, tidak perlu lagi memikirkan biaya renovasi karena penyewa tidak akan tinggal permanen di sana. Properti merupakan barang yang bisa rusak dan butuh biaya perawatan terus menerus. Pemilik rumahlah yang akan menangung biaya renovasi rumah jika diperlukan.
Di sisi lain, Director Advisory Sales Colliers Indonesia, Monica Koesnovagril, mengungkapkan alasan mengapa milenial di Indonesia sulit membeli rumah dan cenderung memilih apartemen sebagai hunian mereka. Alasannya adalah milenial memilih rumah yang harganya di bawah Rp1,5 miliar karena penghasilan mereka di bawah Rp10 juta. Berdasarkan data Colliers, milenial memilih sewa apartemen karena dekat dengan kantor, dan mencari apartemen yang dekat dengan akses transportasi seperti MRT. Terlebih dengan gaya milenial yang serba cepat atau instan, misalnya para milenial bosan dengan suasana apartement, dengan menyewa mereka dengan mudah mencari apartmen baru sampai mereka merasa settle untuk membeli.
Desain Hunian yang banyak Diminati Generasi Milenial
Rumah masa kini bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup. Terutama penerapan desain yang akan digunakan pada hunian kelak. Desain rumah menjadi salah satu pertimbangan penting untuk mewujudkan rumah idaman. Sekarang ini, rumah dengan desain modern banyak diminati oleh generasi milenial. Selain desain modern, ada beberapa ragam desain hunian yang juga diminati oleh generasi milenial.
Dilansir dari breakingnews.id, generasi milenial yang paham teknologi mengedepankan kenyamanan dan kemudahan, sehingga tidak dapat dihindari bahwa teknologi pintar atau smart home system semakin banyak dipakai pada hunian saat ini. Milenial tumbuh dengan teknologi dan menjadi bagian penting dari rutinitas sehari-hari mereka. Adapun beberapa desain hunian yang diminati generasi milenial, di antaranya smart furniture. Ada berbagai furnitur yang dilengkapi dengan teknologi pintar saat ini. Teknologi smart home dapat diaplikasikan sehingga penghuni dapat mengatur berbagai perangkat pada rumah melalui smartphone. Mulai dari lampu, CCTV, pemanas air, kompor, dan lain-lain.
Kemudian penggunaan furnitur multifungsi, mulai dari ranjang tingkat yang cocok digunakan pada apartemen atau ruangan yang minimalis. Tidak hanya berfungsi sebagai tempat tidur, tapi juga bisa digunakan sebagai area belajar atau ruang kerja sehingga menjadi perabot yang multifungsi. Selain itu, kabinet atau rak penyimpanan yang semi terbuka dan menempel pada dinding juga dapat digunakan.
Furnitur multifungsi juga semakin diminati seiring dengan penerapan work from home yang muncul karena pandemi Covid-19. Banyak generasi milenial yang bekerja dari rumah, sehingga ruangan pada hunian juga diciptakan sebagai ruang kerja pribadi. Ada banyak perabot yang berfungsi sebagai penyimpanan dan mempermudah pekerjaan.
Selanjutnya, konsep minimalis juga diminati generasi milenial karena menampilkan suasana yang tenang pada hunian dan membuat ruangan tidak sempit. Konsep minimalis berkonsentrasi pada satu atau dua item furnitur, yang menonjolkan tujuan ruangan dan akan menciptakan titik fokus, serta lebih menggunakan warna-warna netral. Gaya hunian ini berbeda dengan generasi baby boomer yang lebih menyukai hunian mewah dan megah.
Konsep ini juga dianggap lebih praktis dan dapat berfungsi maksimal. Terakhir, konsep ruang terbuka dan dipadukan dengan hunian hijau juga diminati. Selama pandemi, banyak waktu yang dihabiskan di dalam rumah sehingga hunian dengan konsep hijau atau green living, dapat menghadirkan nuansa yang segar. Contohnya dapat memberikan warna-warna segar pada dinding seperti biru muda, hijau, atau warna-warna pastel lainnya. Kemudian menanam tanaman hias pada rumah baik di teras atau tanaman dalam ruangan.
Bagi anda yang tertarik untuk memiliki hunian yang cocok anda boleh menghubungi agen properti Ray White.
Sebagai perusahaan real estate No 1 di Indonesia, Ray White sangat memahami kebutuhan setiap pelanggan. Ray White telah hadir di industri properti global selama lebih dari 120 tahun, lebih dari 1000 kantor di seluruh Australia, Selandia Baru, China, Hong Kong, Timur Tengah, USA dan terlebih khusus di Indonesia sejak 1997. Ray White memiliki jaringan luas 175 kantor yang tersebar di 25 kota besar dan 17 provinsi di Indonesia melalui service excellent dari 5.000 Marketing Executives.
Menginjak usia yang ke 25 tahun, Ray White telah banyak mengantongi rentetan penghargaan dari berbagai instansi. Tentunya penghargaan-penghargaan yang telah diraih telah membuktikan kiprah kerja sukses Ray White sebagai market leader di industri property.
"properti solution, Ray White in Action"
Source: Properti Indonesia, Kompas, Lamudi
Share